BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Layanan bimbingan dan konseling sangat
penting dalam aktivitas bimbingan di sekolah. Pelaksanaan bimingan dan
konseling ini bukan hanya sekedar mata pelajaran, namun juga pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling secara nyata terhadap siswa yang bermaslaha
ataupun tidak. Pola pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah ini memliki langkah-langkah dalam melaksanakan
bimbingan dan konseling. Karena jika seorang konselor baik guru kelas mauppun
guru khusus bimbingan dan konseling akan memerikan suatu bimbingan maka,
haruslah sesuai prosedur yang sudah ada. Jika tidak maka hal yang tidak
diinginkanpun bisa saja terjadi. Bukannya masalah terselesaikan namun, malah
menambah masalah baru. Hal ini tentunya akan semakin mempersulit klien yaitu
siswa. Dengan adanya pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ini maka diharapkan agar siswa dapat mengembangkan
dirinya secara optimal dan memberikan bimbingan kearah yang lebih baik serta
tidak secara sembarangan.
Matakuliah ini
dimaksudkan membekali mahasiswa sebagai calon guru sekolah dasar untuk mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang membimbing dan memberikan pelayanan
dasar-dasar bimbingan sesuai dengan kewenanganya. Sehingga untuk menunjang pembekalan
untuk mahasiswa itu beberapa pembahasan dilakukan tentang pendekatan atau strategi dasar dan pola umum
17.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan
masalah-masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah pendekatan atau strategi strategi dasar dalam pola bimbingan
dan konseling di sekolah?
2.
Bagaimanakah kondisi dari pelaksanaan pola umun 17 yang dilaksanakan di
linhkunngan SLTP dan SLTA?
3.
Apa sajakah pengetahuan wawasan bimbingan dan konseling yang harus
dimiliki oles seorang konselor?
4.
Bidang bimbingan apa sajakah yang ditangani dalam pelayanan bimbingan dan
konseling?
5.
Apa sajakah yang merupakan layanan bimbingan dan konseling?
6.
Apakah yang merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling?
C.
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuan penulisan masalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui pendekatan atau strategi
dasar dalam pola bimbingan dan konseling di sekolah.
2.
Mengetahui kondisi dari pelaksanaan pola umun 17 yang dilaksanakan di
linhkunngan SLTP dan SLTA.
3.
Mengetahui pengetahuan wawasan bimbingan dan konseling yang harus
dimiliki oles seorang konselor.
4.
Mengetahui bidang bimbingan yang ditangani dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
5.
Mengetahui apa saja yang merupakan layanan bimbingan dan konseling.
6.
Mengetahui yang merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
7.
BAB
II
PEMBAHASAN
C. PENDEKATAN
ATAU STRATEGI DASAR
Tujuh
pendekatan menurut Robert H. Mathewson (1962):
1. Edukatif
versus directif: yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dipandang sebagai
pengalaman belajar bagi siswa yang belajar bagi siswa yang membantu mereka
untuk menentukan sendiri pilihan-pilihannya. Disisi lain pelayanan bimbingan ditafsirkan
sebagai penentuan diagnosis oleh seorang ahli disertai
rekomendasi-rekomendasikepada siswa dan para guru serta orang tua.
2. Kumulatif
versus pelayanan: yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dilihat sebagai program
yang kontinyu dan bersambung-sambung. Disisi yang lain hanya dianggap pada saat
tertentu.
3. Evaluasi
diri versus oleh orang lain: yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dirancang
untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluasi diri atas prkasa sendiri.
Disisi yang lain banyak memberikan tanggapan, pendapat, pandangan dan saran
karena siswa dianggap membutuhkan hal itu.
4. Kebutuhan
individu versus kebutuhan lingkungan: yaitu disisi satu pelayanan bimbingan
menekankan supaya kebutuhan-kebutuhan masing-masing siswa dipenuhi. Di ujung
yang lain difokuskan pada kebutuhan lingkungan masyarakat atau lingkungan
sekolah sendiri.
5. Penilaian
subyektif versus penilaian obyektif: yaitu disisi satu pelayanan bimbingan
diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri terhadap terhadap dirinya
sendiri serta lingkungan hidupnya, disisi yanng lain menitik beratkan
pengumpilan data siswa dari sumber diluar siswa sendiri.
6. Komprehensif
versus berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja: yaitu disatu sisi pelayanan bimbingan diprogramkan sedimikian
rupa sehingga semua tantangan dan permasalahan diberbagai bidang kehidupan
siswa tercakup didalamnya. Di sisi yang lain dipusatkan pada aspek-aspek
perkembangan atau bidang permasalahan tertentu.
7. Koordinatif
versus spesialistik: yaitu disatu sisi ditangani oleh sejumlah tenaga melakukan
kerjasama secara koordinatif dalam memberikan bantuan dan berkedudukan sama dan
harus bekerjasama erat dalam mendiskripsi ciri-ciri suatu program bimbingan
yang dilaksanakan pada institusi pendidikan, di sisi yang lain ditangani secara
psesifik berdasarkan keahlian.
No comments:
Post a Comment