TUGAS
KONSEP DASAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
Model Pembelajaran PKn Tematis
di SD Kelas I, II dan III
Oleh
Kelompok
2
1. Nurdiani
Desy Utami NIM 1401412191
2. Nadia
Indah Kartika NIM 1401412222
3. Yodhi
Wahyu Anggoro NIM 1401412385
Kelas 1C
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (
PGSD )
UNIT PELAKSANA PROGRAM TEGAL
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Model Pembelajaran PKN Tematis di SD kelas I, II,
dan III”, sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penulisan makalah ini, dimaksudkan untuk memenuhi tugas
mata kuliah “ Konsep Dasar Pendidikan
Kewarganegaraan ” jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu untuk
selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangannya oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran
yang membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Pada akhirnya penulis berharap semoga penulisan makalah
ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang berkeinginan untuk membaca.
Tegal, November 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................
2
1.4 Metode Penulisan .............................................................................
2
BAB II ISI
2.1 Metode Pendekatan Induktif .................................................................
3
2.2 Pendekatan Deduktif .................................................................
3-4
2.3 Model Ekspositori .................................................................
4-5
2.4 Model Pembelajaran Terpadu .................................................................
5-8
2.5 Analisis
Pengembangan Kurikulum PKn SD kelas 1, 2, 3 sebagai Bahan
Masukan untuk Menyusun RPP Dalam Simulasi PKn
SD ..................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang guru harus mempunyai model pembelajaran dengan baik dalam
proses mengajar,itu dimaksudkan agar para murid mudah menerima dan memahami
mata pelajaran yang disampaikan oleh guru.Pada pembahasan ini akan dijelaskan
tiga model pembelajaran PKn SD yaitu:
(1) model
pembelajaran induktif dan deduktif.
(2) model
pembelajaran ekspositori.
(3) model
pembelajaran terpadu.
Untuk model pembelajaran induktif bertujuan untuk memudahkan cara belajar siswa usia SD
dengan menggunakan beberapa contoh dan media. Semakin banyak media yang
digunakan, akan semakin mendukung terjadinya proses pembelajaran. Model
pembelajaran ekspositori juga besar manfaatnya
bagi anak SD, terutama kelas rendah.
Guru akan lebih
dominan bercerita satu arah, karena siswa kelas rendah, terutama kelas 1 belum
berani untuk memberikan umpan balik. Oleh karena itu, guru hendaknya
mempersiapkan perlengkapan dan media yang dapat memotivasi anak, bahkan
menyiapkan ganjaran agar anak menjadi lebih berani dan termotivasi.Pembelajaran
terpadu juga tidak jauh berbeda karena model ini memadukan beberapa tema dari
mata pelajaran inter maupun antar mata pelajaran. Untuk
lebih jelasnya silakan Anda mencermati beberapa model pembelajaran di bawah
ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang terurai diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana
model pembelajaran induktif di sekolah dasar?
2. Bagaimana
model pembelajaran deduktif di sekolah dasar?
3. Bagaimana
model pembelajaran ekspositori di sekolah dasar?
4. Bagaimana
model pembelajaran terpadu di sekolah dasar?
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
dalam penulisan ini yaitu:
-
Bagaimana model pembelajaran induktif di
sekolah dasar?
-
Bagaimana model pembelajaran deduktif di
sekolah dasar?
-
Bagaimana model pembelajaran ekspositori
di sekolah dasar?
-
Bagaimana model pembelajaran terpadu di
sekolah dasar?
1.4 Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu:
-
Studi pustaka
2
BAB II
ISI
2.1 Metode Pendekatan Induktif
Pendekatan
Induktif yaitu pendekatan induktif yang dari khusus ke umum.Pendekatan ini
dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan
didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak
fakta semakin mendukung hasil simpulan. Pada abad pertengahan, sistem induktif
ini disebut juga sebagai dogmatif, artinya langsung mempercayai begitu saja
tanpa berpikir rasional.
Langkah-langkah
yang harus Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertama, guru
memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.
2. Kedua, guru
menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa
memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.
3. Ketiga, guru
menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat
perkiraan.
4. Keempat, guru
menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah terdahulu.
5. Kelima, menyimpulkan,
memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh
tersebut serta tindak lanjut.
Pembelajaran
induktif, menurut Makmun (2003), dapat dikombinasi dengan yang lain,
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, tujuan serta kondisi siswa.
Selanjutnya marilah kita membandingkan dengan pembelajaran deduktif di bawah
ini
Sebagai
contoh, Ali sering datang sekolah terlambat, tidak pernah mengerjakan pekerjaan
rumah (PR), dan tidak pernah melaksanakan piket kelas seperti teman-teman yang
lain. Oleh karena itu, Ali sering disebut kawannya sebagai anak pemalas.
2.2 Pendekatan Deduktif
Pendekatan
deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus.
Hal ini berbeda dengan pendekatan induktif yang dari khusus ke umum.
Langkah-langkah
yang dapat Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang
akan disajikan.
2.
Kedua, guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat
umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya.
3
3.
Ketiga, guru
menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara
keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok
4.
Keempat, guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak
kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.
Sebagai
contoh, Anton dikatakan sebagai anak yang disiplin dan tertib karena Anton
selalu membayar iuran sekolah tepat waktu, datang sekolah lebih awal, dan
ketika sedang piket, dia selalu datang lebih pagi dari teman-lainnya.
Dalam berpikir
deduktif orang bertolak dari suatu teori, prinsip ataupun kesimpulan yang
dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Pendekatan deduktif merupakan suatu
penalaran dari umum kemudian ke fakta yang khusus.
Menurut Peaget
cara pembelajaran deduktif kurang tepat
diberlakukan kepada anak SD. Tingkat perkembangan intelektual siswa SD masih
pada tahap berfikir kongkrit. Dalam memahami sesuatu konsep, siswa SD perlu
diperkenalkan pada contoh-contoh yang bersifat nyata terlebih dulu. Berdasarkan
contoh-contoh tersebut siswa dibimbing untuk menyusun suatu kesimpulan. Cara
pembelajaran yang demikian merupakan wujud pembelajaran berkarakteristik
induktif. Dengan demikian, dibandingkan dengan pendekatan deduktif, pendekatan
induktif lebih cocok diterapkan dalam pembelajaran siswa SD.
2.3 Model Ekspositori
Pendekatan
ekspositori merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada interaksi guru
dengan siswa. Dalam pendekatan ini terjadi komunikasi satu arah, yaitu
dari guru ke siswa sehingga guru jauh lebih aktif dari pada siswa. Guru banyak
berbicara untuk menginformasikan bahan ajar kepada siswa, sementara siswa
sebagai objek. Siswa menerima apa yang diceramahkan guru dan sambil
mendengarkan penjelasannya siswa menulis apa yang diperintahkan guru, atau yang
dianggap penting. Model pembelajaran ekspositori lebih tepat diterapkan pada
siswa kelas satu/kelas rendah. Guru menggunakan sistem satu arah karena anak
kelas satu SD cenderung pasif. Mereka baru mampu menerima ceramah dari guru
saja tanpa mampu memberi umpan balik, lebih-lebih jika guru sudah mempersiapkan
semuanya, sehingga siswa sudah nyaman dan tertegun dengan penjelasan gurunya.
Secara
umum langkah-langkah pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan ekspositori
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pertama, guru
menyiapkan materi dan perlengkapan lain yang akan disampaikan
2. Kedua, apersepsi
dengan sedikit mengulangi pelajaran yang lalu
3. Ketiga, Setelah itu guru menyampaikan
konsep-konsep materi
4. Keempat, guru yang kreatif akan menyiapkan
perlengkapan yang mendukung seperti gambar, kaset dan yang lain disesuaikan
dengan situasi dan kondisi.
5. Kelima, guru mulai mengadakan pembelajaran, model
ini yang aktif guru lebih-lebih untuk siswa SD kelas satu atau dua, anak masih
malu-malu dan takut sehingga pembelajaran tampak satu arah.
4
6. Keenam, guru menyimpulkan, menegaskan dan menyetel
kaset yang sesuai dan memberikan tindak lanjut.
Model
pembelajaran ekspositori relevan jika dipadukan dengan teori belajar Thorndike.
Sebagai contoh, untuk menanamkan sikap disiplin kepada anak, dapat dimotivasi
dengan memberikan ganjaran/hadiah, misalnya: permen. Thordike berpendapat bahwa
seseorang akan mengerjakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh apabila ada
stimulus yang menyenangkan. Siswa merasa senang jika diberi motivasi berupa
hadiah, karena siswa yang masih belum memiliki kesadaran untuk berbuat
disiplin, maka jika ada siswa yang demikian perlu dimotivasi dengan rangsangan
hadiah. Untuk selanjutnya rangsangan berupa hadiah secara perlahan-lahan diubah
menjadi pujian. Itulah sebabnya model pendekatan ekspositori dikaitkan dengan
teori belajar Thorndike sangat tepat untuk menanamkan sikap jujur, disiplin,
gotong royong, maupun lainnya pada anak usia kelas satu SD (rendah) yang sangat
senang apabila mendapat stimulus hadiah dari guru.
2.4 Model Pembelajaran Terpadu
Selain
dua model di atas yaitu model induktif dan deduktif marilah kita mencermati
model lain yaitu model pembelajaran terpadu. Ada beberapa model pembelajaran
terpadu, namun disini kita bahas tiga model, yaitu model webbed, model connected
dan model integrated seperti yang akan kita bahas di bawah ini.
Pembelajaran
terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-tema yang over
laping untuk dikemas menjadi satu tema besar kemudian dibahas dalam suatu
pembelajaran. Model pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan pada
aspek-aspek bersifat umum seperti thinking skills, social skill, values and
attitudes. Pemilihan model pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan karakter
siswa SD sebagai berikut:
(1) Siswa SD berada
dalam perkembangan kognitif kongkrit.
(2) Pandangan siswa SD
yang holistik.
(3) Siswa SD dapat
melakukan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar.
(4) Siswa SD dapat
melakukan pekerjaan yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun lingkungan.
(5) Siswa SD masih
suka mainan yang menyenangkan.
(6) Siswa SD dapat
mengintegrasikan beberapa tujuan, ranah, dan kompetensi yang
ingin dicapai oleh berbagai
mata-pelajaran.
Atas
pertimbangan di atas maka model pembelajaran terpadu cocok untuk usia anak SD.
Model ini sangat efektif digunakan untuk memperluas cakrawala pengetahuan
siswa.
Dalam
pembelajaran terpadu, guru harus benar-benar memahami konsep-konsep, standar
kompetensi, serta kompetensi dasar yang akan dijadikan tema pembahasan dalam
pembelajaran PKn tersebut, khususnya dalam keterkaitannya dengan bidang studi
lain.
5
1.
Terpadu Model Connected
Model connected adalah model
terpadu yang menghubungkan dalam konsep-konsep atau antar topik dengan topik
lain dalam matapelajaran yang sama. Contoh lain, guru kelas enam akan
menanamkan konsep demokrasi, maka tema tersebut dapat dihubungkan dengan tema lain
yang maknanya sama dalam mata pelajaran PKn itu sendiri, yang dilihat sebagai
satu kesatuan.
Dalam model pembelajaran
keterhubungan guru perlu memiliki keterampilan untuk memilih topik materi yang
cenderung sama atau over laping dalam satu mata- pelajaran misal PKn,
dengan materi atau tema PKn yang lain. Dalam setiap standar kompetensi
terkadang lebih dari satu kompetensi dasar yang dapat diangkat menjadi tema
yang dikembangkan. Oleh karena itu pembelajaran terpadu model connected, hanya
memadukan topik-topik yang hampir sama dalam satu mata pelajaran saja, misal
topik-topik yang terdapat di dalam beberapa standar kompetensi.
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam model pembelajaran keterhubungan sebagai berikut :
1. Guru menentukan tema-tema yang dipilih dari silabus
2. Guru mencari tema yang hampir sama/relevan dengan
tema-tema yang lain.
3. Tema-tema tersebut diorganisasikan pada tema induk
seperti pada gambar diatas yang
cakupannya lebih luas
4. Guru menjelaskan materi yang terdiri dari beberapa tema
diatas.
5. Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang
diajarkan.
6. Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok kecil
7. Dengan bimbingan guru pula siswa diminta untuk
mengerjakan pertanyaan yang telah
disiapkan dan mengerjakan tugas kelompok
dari guru.
2. Terpadu Model Webbed
Dalam model
pembelajaran ini guru memilih tema yang sama atau hampir samadari beberapa
standar kompetensi dengan lintas mata pelajaran atau pada bidang studi yang
berbeda. Misal PKn dengan IPS, IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Tema-tema
tersebut tidak jauh berbeda dengan model integrated yang juga terdiri dari
beberapa tema yang dipilih dalam beberapa matapelajaran.Lebih jelasnya silakan
memperhatikan contoh Webbed di bawah ini.
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-
laba sebagai berikut:
1.
Guru menyiapkan tema
utama seperti nilai juang dalam perumusan Pancasila, dan tema lain yang telah
dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang setudi .
2.
Guru menyiapkan
tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema matematika, kesenian, bahasa dan
IPS yang sesuai dengan tema nilai juang dalam perumusan pancasila supaya tidak
over laping.
3.
Guru menjelaskan
tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas.
6
4.
Guru memilih konsep
atau informasi yang dapat mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang
memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu. Untuk lebih jelas
dan lengkapnya pengembangan model webbed ini dapat Anda lihat pula pada
penyusunan RPP pada unit enam nanti, dengan mengangkat tema sumpah pemuda.
Contoh lain tema dan
sub tema model jaring laba-laba
1.
Tema : Ulang Tahun
2.
Sub Tema I : Pesta
Ulang Tahung (PKn kls I/I). Indikator: melaksanakan hihup rukun dalam perbedaan
melalui pesta ulang tahun
3.
Sub Tema II : Kue
Ulang Tahun (Mat Kls I/I). Indikator: Bentuk-bentuk kue ulang tahun (bidang
datar)
4.
Sub Tema III :
Merayakan Ulang Tahun (BI : Kls I/I). Indikator: membaca wacana merayakan ulang
tahun, menulis beberapa kata dari wacana, ulang tahun
5.
Sub Tema IV :
Bernyanyi ulang tahun (Kertakes Kls I/I). Indikator: menyanyikan lagu ulang
tahun dengan tepuk tangan dan gerak sesuai dengan iramanya (Maridja, 2997)
3.Terpadu
Model Integrated.
Langkah langkah
pembelajaran terpadu model integrated sebagai berikut:
a. Langkah
pertama, guru menentukan salah satu tema dari mata-pelajaran PKn yang akan
dipadukan dengan tema-tema pada mata
pelajaran lain.
b. Langkah
kedua, guru mencari tema-tema dari mata-pelajaran lain yang memiliki
makna yang sama.
c. Langkah
ketiga, guru memadukan tema-tema dari beberapa mata-pelajaran yang
dikemas menjadi satu tema besar
d. Langkah
keempat, guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep
beberapa mata-pelajaran. Dalam pembelajaran
terpadu guru perlu menentukan lebih banyak indikator daripada yang model
lainnya
e. Langkah
kelima, guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu lebih dari satu
kali pertemuan.
Contoh pengembangan
tema, dan sub tema model integrated
1.
Tema : Suasana di
rumahku
2.
Sub Tema I : Gotong
royong dirumahku (PKn Kls I/II). Indikator : Melaksanakan sikap saling membantu
diantara anggota keluarga
3.
Sub Tema II : Hemat,
cermat di rumahku (Mat Kls I/II). Indikator : mengurangi biaya hidup (hemat
dalam menggunakan listrik, air ledeng, orang jajan, dan sebagainya)
4.
Sub Tema III :
Kebutuhan hidup di rumahku (IPS Kls I/II). Indikator: menyebutkan kebutuhan
hidup di rumahku
5.
Sub Tema IV :
Bernyanyi lagu Rumahku yang Kecil. Indikator: menyanyikan lagu rumahku yang
kecil sesuai dengan rumahnya
7
Dalam
pembelajaran terpadu guru harus memahami benar konsep-konsep materi atau
standart kompetensi dan kompetensi dasar, mana yang akan dijadikan topik atau
masalah pembahasan dalam pembelajaran PKn tersebut dalam keterkaitannya dengan
bidang studi lain. Ketiga model tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran PKn
dengan mata pelajaran lain seperti IPS, Bahasa Indonesia, IPA, Kesehatan,
Kesenian dan lainnya seperti pada bagan model webbed dan integrated. Sedangkan
keterhubungan (connected) akan digunakan untuk keterkaitan dalam satu
mata pelajaran misal tema-tema dalam PKn itu sendiri.
2.5 Analisis Pengembangan Kurikulum PKn SD kelas 1, 2, 3 sebagai Bahan
Masukan untuk Menyusun RPP Dalam
Simulasi PKn SD
Analisis pengembangan kurikulum PKn
SD kelas 1, 2, 3 sebagai bahan masukan untuk menyusun RPP dalam simulasi PKn SD Adalah analisis materi dari muatan kognitif, afektif, dan
psikomotor, serta pemilihan metode, media dan alat penilaian yang cocok untuk
mencapai tujuan.
Cara
menganalisis pengembangan kurikulum PKn terlebih dahulu:
- Menyiapkan materi PKn yang ada di dalam kurikulum, standar kompetensi apa yang akan di sampaikan pada siswa,
- Kandungan kognitifnya dan afektifnya,
- Aspek psikomotor
- Memilih metode apa saja yang cocok, pilih yang membuat siswa senang
- Media yang di gunakan adalah media yang ada di sekolah dan akan lebih baik lagi jika didukung dengan audio visual, atau yang lain, sehingga dapat memudahkan siswa dalam menerima materi dan memudahkan guru dalam menyampaikan materi.
- Selanjutnya yang paling akhir adalah penilaian, hal ini sangat penting karena penilaian perlu mendapatkan perhatian yang serius.
8
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Secara umum ada beberapa rumpun
model pembejaran namun untuk kelas 1,2,3
dipilih model pembelajaran induktif,
ekspositori dan terpadu.
2.
Dalam Subunit 2 ini dilengkapi
dengan analisis kurikulum, seperti materi dalam
standar
kompetensi, muatan kognitif, afektif, psikomotor.
3.
Pengaplikasian metode, media
dan penilaian yang telah dipilih dan cocok,untuk
menganalisis
kurikulum PKn 2006 sangat membantu guru dalam persiapan penyusunan silabus dan
RPP.
4. Dalam
Unit 4 ini selain mengembangkan model pembelajaran PKn SD, juga perlu
mengembangkan alat penilaian. Oleh karena itu dalam penyusunan RPP bentuk soal
jangan pengetahuannya saja yang diukur tetapi secara keseluruhan
9
Daftar Pustaka
Akbar
Sa’dun dkk. 2003. Laporan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu
untuk PPKn SD. Penerbit : Lemlit Universitas Negeri Malang
Corey
dalam Nurani, Yuliani. 2003. Strategi Pembelajaran. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka
Sukmaningadji, Sandra dkk. 2006. Panduan
Belajar Mahasiswa: Mata Kuliah Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar. Penerbit:
Departemen Pendidikan Nasional.
Sagala,
Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Penerbit: Alfabeta
Wahab,
Aziz dan Udin. 2005. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn).
Penerbit: Universitas terbuka
10
No comments:
Post a Comment