Saturday 26 January 2013

Model Pembelajaran PKn Tematis di SD Kelas I, II dan III







TUGAS
KONSEP DASAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Model Pembelajaran PKn Tematis
di SD Kelas I, II dan III


Oleh
Kelompok 2


1.    Nurdiani Desy Utami     NIM  1401412191
2.    Nadia Indah Kartika     NIM  1401412222
3.    Yodhi Wahyu Anggoro NIM  1401412385

Kelas 1C



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ( PGSD )
UNIT PELAKSANA PROGRAM TEGAL
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012





KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul  Model Pembelajaran PKN Tematis di SD kelas I, II, dan III”, sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penulisan makalah ini, dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan ” jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu untuk selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Pada akhirnya penulis berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang berkeinginan untuk membaca.




Tegal,       November 2012

      Penulis








i
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR           .............................................................................  i
DAFTAR ISI                          .............................................................................  ii
BAB  I     PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang                  ................................................................................
.. 1
1.2 Rumusan Masalah             .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah                 ............................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan             ............................................................................. 2
BAB  II    ISI
2.1 Metode Pendekatan Induktif       ................................................................. 3
2.2 Pendekatan Deduktif                    ................................................................. 3-4
2.3 Model Ekspositori                         ................................................................. 4-5
2.4 Model Pembelajaran Terpadu       ................................................................. 5-8
2.5 Analisis Pengembangan Kurikulum PKn SD kelas 1, 2, 3 sebagai Bahan
      Masukan untuk Menyusun RPP Dalam Simulasi PKn SD           ..................... 8

BAB  III   PENUTUP
3.1  Kesimpulan                      ...........................................................................  9
DAFTAR PUSTAKA                        ...........................................................................  10














ii
BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Seorang guru harus mempunyai model pembelajaran dengan baik dalam proses mengajar,itu dimaksudkan agar para murid mudah menerima dan memahami mata pelajaran yang disampaikan oleh guru.Pada pembahasan ini akan dijelaskan tiga model pembelajaran PKn SD yaitu:

(1) model pembelajaran induktif dan deduktif.
(2) model pembelajaran ekspositori.
(3) model pembelajaran terpadu.

Untuk model pembelajaran induktif bertujuan untuk memudahkan cara belajar siswa usia SD dengan menggunakan beberapa contoh dan media. Semakin banyak media yang digunakan, akan semakin mendukung terjadinya proses pembelajaran. Model pembelajaran ekspositori juga besar manfaatnya bagi anak SD, terutama kelas rendah.
Guru akan lebih dominan bercerita satu arah, karena siswa kelas rendah, terutama kelas 1 belum berani untuk memberikan umpan balik. Oleh karena itu, guru hendaknya mempersiapkan perlengkapan dan media yang dapat memotivasi anak, bahkan menyiapkan ganjaran agar anak menjadi lebih berani dan termotivasi.Pembelajaran terpadu juga tidak jauh berbeda karena model ini memadukan beberapa tema dari mata pelajaran inter maupun antar mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya silakan Anda mencermati beberapa model pembelajaran di bawah ini.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana model pembelajaran induktif di sekolah dasar?
2.      Bagaimana model pembelajaran deduktif di sekolah dasar?
3.      Bagaimana model pembelajaran ekspositori di sekolah dasar?
4.      Bagaimana model pembelajaran terpadu di sekolah dasar?



1
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini yaitu:
-          Bagaimana model pembelajaran induktif di sekolah dasar?
-          Bagaimana model pembelajaran deduktif di sekolah dasar?
-          Bagaimana model pembelajaran ekspositori di sekolah dasar?
-          Bagaimana model pembelajaran terpadu di sekolah dasar?

1.4  Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu:
-          Studi pustaka

































2
BAB II

ISI



2.1 Metode Pendekatan Induktif

Pendekatan Induktif yaitu pendekatan induktif yang dari khusus ke umum.Pendekatan ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Pada abad pertengahan, sistem induktif ini disebut juga sebagai dogmatif, artinya langsung mempercayai begitu saja tanpa berpikir rasional.
Langkah-langkah yang harus Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif dijelaskan sebagai berikut:

1.      Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.
2.      Kedua, guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.
3.      Ketiga, guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan.
4.      Keempat, guru menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah terdahulu.
5.      Kelima, menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.

Pembelajaran induktif, menurut Makmun (2003), dapat dikombinasi dengan yang lain, disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, tujuan serta kondisi siswa. Selanjutnya marilah kita membandingkan dengan pembelajaran deduktif di bawah ini
Sebagai contoh, Ali sering datang sekolah terlambat, tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah (PR), dan tidak pernah melaksanakan piket kelas seperti teman-teman yang lain. Oleh karena itu, Ali sering disebut kawannya sebagai anak pemalas.


2.2 Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. Hal ini berbeda dengan pendekatan induktif yang dari khusus ke umum.
Langkah-langkah yang dapat Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut:

1.      Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.
2.      Kedua, guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya.


3
3.      Ketiga, guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok
4.      Keempat, guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.

Sebagai contoh, Anton dikatakan sebagai anak yang disiplin dan tertib karena Anton selalu membayar iuran sekolah tepat waktu, datang sekolah lebih awal, dan ketika sedang piket, dia selalu datang lebih pagi dari teman-lainnya.
Dalam berpikir deduktif orang bertolak dari suatu teori, prinsip ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Pendekatan deduktif merupakan suatu penalaran dari umum kemudian ke fakta yang khusus.
Menurut Peaget cara pembelajaran deduktif  kurang tepat diberlakukan kepada anak SD. Tingkat perkembangan intelektual siswa SD masih pada tahap berfikir kongkrit. Dalam memahami sesuatu konsep, siswa SD perlu diperkenalkan pada contoh-contoh yang bersifat nyata terlebih dulu. Berdasarkan contoh-contoh tersebut siswa dibimbing untuk menyusun suatu kesimpulan. Cara pembelajaran yang demikian merupakan wujud pembelajaran berkarakteristik induktif. Dengan demikian, dibandingkan dengan pendekatan deduktif, pendekatan induktif lebih cocok diterapkan dalam pembelajaran siswa SD.


2.3 Model Ekspositori

Pendekatan ekspositori merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini terjadi komunikasi satu arah, yaitu dari guru ke siswa sehingga guru jauh lebih aktif dari pada siswa. Guru banyak berbicara untuk menginformasikan bahan ajar kepada siswa, sementara siswa sebagai objek. Siswa menerima apa yang diceramahkan guru dan sambil mendengarkan penjelasannya siswa menulis apa yang diperintahkan guru, atau yang dianggap penting. Model pembelajaran ekspositori lebih tepat diterapkan pada siswa kelas satu/kelas rendah. Guru menggunakan sistem satu arah karena anak kelas satu SD cenderung pasif. Mereka baru mampu menerima ceramah dari guru saja tanpa mampu memberi umpan balik, lebih-lebih jika guru sudah mempersiapkan semuanya, sehingga siswa sudah nyaman dan tertegun dengan penjelasan gurunya.
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan ekspositori dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.      Pertama, guru menyiapkan materi dan perlengkapan lain yang akan disampaikan
2.      Kedua, apersepsi dengan sedikit mengulangi pelajaran yang lalu
3.      Ketiga, Setelah itu guru menyampaikan konsep-konsep materi
4.      Keempat, guru yang kreatif akan menyiapkan perlengkapan yang mendukung seperti gambar, kaset dan yang lain disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
5.      Kelima, guru mulai mengadakan pembelajaran, model ini yang aktif guru lebih-lebih untuk siswa SD kelas satu atau dua, anak masih malu-malu dan takut sehingga pembelajaran tampak satu arah.



4
6.      Keenam, guru menyimpulkan, menegaskan dan menyetel kaset yang sesuai dan memberikan tindak lanjut.

Model pembelajaran ekspositori relevan jika dipadukan dengan teori belajar Thorndike. Sebagai contoh, untuk menanamkan sikap disiplin kepada anak, dapat dimotivasi dengan memberikan ganjaran/hadiah, misalnya: permen. Thordike berpendapat bahwa seseorang akan mengerjakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh apabila ada stimulus yang menyenangkan. Siswa merasa senang jika diberi motivasi berupa hadiah, karena siswa yang masih belum memiliki kesadaran untuk berbuat disiplin, maka jika ada siswa yang demikian perlu dimotivasi dengan rangsangan hadiah. Untuk selanjutnya rangsangan berupa hadiah secara perlahan-lahan diubah menjadi pujian. Itulah sebabnya model pendekatan ekspositori dikaitkan dengan teori belajar Thorndike sangat tepat untuk menanamkan sikap jujur, disiplin, gotong royong, maupun lainnya pada anak usia kelas satu SD (rendah) yang sangat senang apabila mendapat stimulus hadiah dari guru.

2.4 Model Pembelajaran Terpadu

Selain dua model di atas yaitu model induktif dan deduktif marilah kita mencermati model lain yaitu model pembelajaran terpadu. Ada beberapa model pembelajaran terpadu, namun disini kita bahas tiga model, yaitu model webbed, model connected dan model integrated seperti yang akan kita bahas di bawah ini.
Pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-tema yang over laping untuk dikemas menjadi satu tema besar kemudian dibahas dalam suatu pembelajaran. Model pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan pada aspek-aspek bersifat umum seperti thinking skills, social skill, values and attitudes. Pemilihan model pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan karakter siswa SD sebagai berikut:

(1) Siswa SD berada dalam perkembangan kognitif kongkrit.
(2) Pandangan siswa SD yang holistik.
(3) Siswa SD dapat melakukan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar.
(4) Siswa SD dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
                 maupun lingkungan.
(5) Siswa SD masih suka mainan yang menyenangkan.
(6) Siswa SD dapat mengintegrasikan beberapa tujuan, ranah, dan kompetensi yang
     ingin dicapai oleh berbagai mata-pelajaran.

Atas pertimbangan di atas maka model pembelajaran terpadu cocok untuk usia anak SD. Model ini sangat efektif digunakan untuk memperluas cakrawala pengetahuan siswa.
Dalam pembelajaran terpadu, guru harus benar-benar memahami konsep-konsep, standar kompetensi, serta kompetensi dasar yang akan dijadikan tema pembahasan dalam pembelajaran PKn tersebut, khususnya dalam keterkaitannya dengan bidang studi lain.





5
1.      Terpadu Model Connected
Model connected adalah model terpadu yang menghubungkan dalam konsep-konsep atau antar topik dengan topik lain dalam matapelajaran yang sama. Contoh lain, guru kelas enam akan menanamkan konsep demokrasi, maka tema tersebut dapat dihubungkan dengan tema lain yang maknanya sama dalam mata pelajaran PKn itu sendiri, yang dilihat sebagai satu kesatuan.
Dalam model pembelajaran keterhubungan guru perlu memiliki keterampilan untuk memilih topik materi yang cenderung sama atau over laping dalam satu mata- pelajaran misal PKn, dengan materi atau tema PKn yang lain. Dalam setiap standar kompetensi terkadang lebih dari satu kompetensi dasar yang dapat diangkat menjadi tema yang dikembangkan. Oleh karena itu pembelajaran terpadu model connected, hanya memadukan topik-topik yang hampir sama dalam satu mata pelajaran saja, misal topik-topik yang terdapat di dalam beberapa standar kompetensi.  
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran keterhubungan sebagai berikut :

1.    Guru menentukan tema-tema yang dipilih dari silabus
2.    Guru mencari tema yang hampir sama/relevan dengan tema-tema yang lain.
3.    Tema-tema tersebut diorganisasikan pada tema induk seperti pada gambar diatas yang
     cakupannya lebih luas
4.    Guru menjelaskan materi yang terdiri dari beberapa tema diatas.
5.    Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang diajarkan.
6.    Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok kecil
7.    Dengan bimbingan guru pula siswa diminta untuk mengerjakan pertanyaan yang telah
     disiapkan dan mengerjakan tugas kelompok dari guru.

2. Terpadu Model Webbed
Dalam model pembelajaran ini guru memilih tema yang sama atau hampir samadari beberapa standar kompetensi dengan lintas mata pelajaran atau pada bidang studi yang berbeda. Misal PKn dengan IPS, IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Tema-tema tersebut tidak jauh berbeda dengan model integrated yang juga terdiri dari beberapa tema yang dipilih dalam beberapa matapelajaran.Lebih jelasnya silakan memperhatikan contoh Webbed di bawah ini.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-
      laba sebagai berikut:

1.      Guru menyiapkan tema utama seperti nilai juang dalam perumusan Pancasila, dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang setudi .
2.      Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema nilai juang dalam perumusan pancasila supaya tidak over laping.
3.      Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas.



6
4.      Guru memilih konsep atau informasi yang dapat mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu. Untuk lebih jelas dan lengkapnya pengembangan model webbed ini dapat Anda lihat pula pada penyusunan RPP pada unit enam nanti, dengan mengangkat tema sumpah pemuda.

Contoh lain tema dan sub tema model jaring laba-laba
1.      Tema : Ulang Tahun
2.      Sub Tema I : Pesta Ulang Tahung (PKn kls I/I). Indikator: melaksanakan hihup rukun dalam perbedaan melalui pesta ulang tahun
3.      Sub Tema II : Kue Ulang Tahun (Mat Kls I/I). Indikator: Bentuk-bentuk kue ulang tahun (bidang datar)
4.      Sub Tema III : Merayakan Ulang Tahun (BI : Kls I/I). Indikator: membaca wacana merayakan ulang tahun, menulis beberapa kata dari wacana, ulang tahun
5.      Sub Tema IV : Bernyanyi ulang tahun (Kertakes Kls I/I). Indikator: menyanyikan lagu ulang tahun dengan tepuk tangan dan gerak sesuai dengan iramanya (Maridja, 2997)

3.Terpadu Model Integrated.

Langkah langkah pembelajaran terpadu model integrated sebagai berikut:

a.       Langkah pertama, guru menentukan salah satu tema dari mata-pelajaran PKn yang akan
dipadukan dengan tema-tema pada mata pelajaran lain.
b.      Langkah kedua, guru mencari tema-tema dari mata-pelajaran lain yang memiliki
makna yang sama.
c.       Langkah ketiga, guru memadukan tema-tema dari beberapa mata-pelajaran yang
dikemas menjadi satu tema besar
d.      Langkah keempat, guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep
beberapa mata-pelajaran. Dalam pembelajaran terpadu guru perlu menentukan lebih banyak indikator daripada yang model lainnya
e.       Langkah kelima, guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.

Contoh pengembangan tema, dan sub tema model integrated

1.      Tema : Suasana di rumahku
2.      Sub Tema I : Gotong royong dirumahku (PKn Kls I/II). Indikator : Melaksanakan sikap saling membantu diantara anggota keluarga
3.      Sub Tema II : Hemat, cermat di rumahku (Mat Kls I/II). Indikator : mengurangi biaya hidup (hemat dalam menggunakan listrik, air ledeng, orang jajan, dan sebagainya)
4.      Sub Tema III : Kebutuhan hidup di rumahku (IPS Kls I/II). Indikator: menyebutkan kebutuhan hidup di rumahku
5.      Sub Tema IV : Bernyanyi lagu Rumahku yang Kecil. Indikator: menyanyikan lagu rumahku yang kecil sesuai dengan rumahnya





7
Dalam pembelajaran terpadu guru harus memahami benar konsep-konsep materi atau standart kompetensi dan kompetensi dasar, mana yang akan dijadikan topik atau masalah pembahasan dalam pembelajaran PKn tersebut dalam keterkaitannya dengan bidang studi lain. Ketiga model tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran PKn dengan mata pelajaran lain seperti IPS, Bahasa Indonesia, IPA, Kesehatan, Kesenian dan lainnya seperti pada bagan model webbed dan integrated. Sedangkan keterhubungan (connected) akan digunakan untuk keterkaitan dalam satu mata pelajaran misal tema-tema dalam PKn itu sendiri.

2.5 Analisis Pengembangan Kurikulum PKn SD kelas 1, 2, 3 sebagai Bahan
Masukan untuk Menyusun RPP Dalam Simulasi PKn SD

Analisis pengembangan kurikulum PKn SD kelas 1, 2, 3 sebagai bahan masukan untuk menyusun RPP dalam simulasi PKn SD Adalah analisis materi dari muatan kognitif, afektif, dan psikomotor, serta pemilihan metode, media dan alat penilaian yang cocok untuk mencapai tujuan.
Cara menganalisis pengembangan kurikulum PKn terlebih dahulu:

  1. Menyiapkan materi PKn yang ada di dalam kurikulum, standar kompetensi apa yang akan di sampaikan pada siswa,
  2. Kandungan kognitifnya dan afektifnya,
  3. Aspek psikomotor
  4. Memilih metode apa saja yang cocok, pilih yang membuat siswa senang
  5. Media yang di gunakan adalah media yang ada di sekolah dan akan lebih baik lagi jika didukung dengan audio visual, atau yang lain, sehingga dapat memudahkan siswa dalam menerima materi dan memudahkan guru dalam menyampaikan materi.
  6. Selanjutnya yang paling akhir adalah penilaian, hal ini sangat penting karena penilaian perlu mendapatkan perhatian yang serius.





















8
BAB III

PENUTUP

3.1              Kesimpulan

1.      Secara umum ada beberapa rumpun model pembejaran namun untuk kelas 1,2,3
     dipilih model pembelajaran induktif, ekspositori dan terpadu.
2.      Dalam Subunit 2 ini dilengkapi dengan analisis kurikulum, seperti materi dalam      
standar kompetensi, muatan kognitif, afektif, psikomotor.
3.      Pengaplikasian metode, media dan penilaian yang telah dipilih dan cocok,untuk
menganalisis kurikulum PKn 2006 sangat membantu guru dalam persiapan penyusunan silabus dan RPP.
4.      Dalam Unit 4 ini selain mengembangkan model pembelajaran PKn SD, juga perlu mengembangkan alat penilaian. Oleh karena itu dalam penyusunan RPP bentuk soal jangan pengetahuannya saja yang diukur tetapi secara keseluruhan





























9
Daftar Pustaka

Akbar Sa’dun dkk. 2003. Laporan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu untuk PPKn SD. Penerbit : Lemlit Universitas Negeri Malang

Corey dalam Nurani, Yuliani. 2003. Strategi Pembelajaran. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Sukmaningadji, Sandra dkk. 2006. Panduan Belajar Mahasiswa: Mata Kuliah Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar. Penerbit: Departemen Pendidikan Nasional.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Penerbit: Alfabeta

Wahab, Aziz dan Udin. 2005. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Penerbit: Universitas terbuka

































10

No comments:

Post a Comment